Minggu, 30 Juli 2017

Pengetahuan Seputar Investigasi #2


21. Safety pada pistol jenis tokalev akan terpasang bila pemicu di tekan perlahan lalu berhenti di tengah tengah.

22. Bila seseorg tidak menepati perjanjian hukum terkait masalah perdata, maka sanksinya harus menyerahkan seluruh hartanya.


23. Ular laut habu tidak pernah sengaja menggigit manusia karena pada dasarnya ular tersebut jinak.


24. Mayat tidak bisa meninggalkan sidik jari karena keringat sudah berhenti setelah 30 menit waktu kematian.


25. Menurut penelitian Ai, APTX 4869 dapat meningkatkan daya multiplikasi sel karena mengaktifkan teromeaze


26. Paru paru yg berlubang karena ditusuk mengakibatkan korban menderita 15 menit dengan kondisi sesak nafas akut.


27. Kapur memiliki sifat mengeluarkan panas jika menyerap air.


28. menimbun mayat di dalam tanah dapat memalsukan waktu kematian mayatkarena pembusukannya relatif lama.


29. Kematian mendadak akibat olahraga keras dapat mempercepat kekakuan mayat. Bisa juga menyebabkan mati berdiri.


30. Kapur dapat digunakan untuk mempercepat pembusukan mayat.


31. Menolong korban yang terkena racun syaraf adalah dengan memberi nafas buatan rutin tiap 10 detik.


32. Bila seseorang mati gantung diri, mustahil bila terdapat darah yang mengalir dari mulutnya kecuali ada luka tertentu.


33. Bila bola dalam tuas air raksa bergulir dan menyentuh garis akibat guncangan, maka bom waktu akan meledak.


34. Garam dapat dipakai untuk mengeraskan salju dan biasa dipakai untuk membuat lintasan ski.


35. Menetralisir kalium sianida dapat menggunakan pemutih, tapi tidak 100% hilang racunnya


36. Susu sapi yang herbivora memiliki nilai gizi yg beda dgn susu kucing yang karnivora.


37. Jika obat penurun gula darah diminum oleh orang yang sehat, maka gula darah org tersebut akan turun drastis & bisa menyebabkan kematian.


38. Orang yang pingsan terkena sengatan matahari dipulihkan dengan mengompres kepala, dada & ketiak lalu tidur di tempat teduh.


39. Torigabuto juga bisa dijadikan jamu jika racunnya diambil. Banyak tumbuh di gunung & bentuk bunganya sangat manis.


40. Aconitin (racun pelumpuh syaraf) yang diambil dari daun & akar torigabuto memiliki dosis kematian 2 miligram.


Sumber : netdetective

Sebelumnya

Pengetahuan Seputar Investigasi #1


1. Orang meninggal, metabolisme tubuhnya akan terhenti. Walaupun suhu ruangan naik dia takkan berkeringat.

2. Mayat yang terbakar, otot tubuhnya akan menggumpal & menyusut akibat suhu yang panas.


3. Operasi sumsum tulang untuk mengobati leukemia dapat merubah golongan darah penderita menjadi sama dengan pendonor.


4. Rangsangan lensa kontak tidak baik untuk mata yang gatal akibat alergi serbuk bunga.


5. Orang yang memakai alat pacu jantung untuk membantu kerja jantungnya akan menghindari ponsel yang memancarkan gelombang radio.


6. Orang yang sakit pinggang akut bersin dengan cara mengeluarkan napas dari mulut karena takut membebani tubuh.


7. Hantaman sangat keras di kepala dapat menjatuhkan lensa kontak yang sedang dipakai di mata.


8. Jangan pernah bercukur sambil berendam karena mesin cukur yang menyala bila tercebur, akan menyetrum.


9. Setidaknya butuh waktu setengah jam agar darah dapat mengering.


10. Membersihkan luka dengan teh yang mengandung tanin adalah cara terbaik menyelamatkan korban gigitan ular laut.


11. Orang bermata rabun yg memakai kacamata dengan minus tidak pas akan menyipitkan mata untuk memperjelas penglihatan.

12. Heparin atau obat anti pengental dapat membuat darah jadi setengah beku & dapat dibawa2.


13. Kucing tidak punya enzim untuk mengurai laktosa.


14. Cara mendeteksi kebohongan lewat bola mata : semakin lama ia berkedip, berarti ia berbohong.


15. Cairan luminol sangat sensitif terhadap darah yg sedikit sekalipun


16. Kuku adalah bagian tubuh manusia nomor 2 yang paling keras dan bisa jadi alat potong setelah gigi.


17. Kalium sianida bisa membunuh hanya dengan dosis 5 mg saja.


18. Setelah minum alkohol, orang akan mengalami dehidrasi & tenggorokan mereka kering karena dekomposisi alkohol.


19. Data kredibilitas diperlukan untuk meyakinkan petugas pengadilan agar dapat dibuat surat penangkapan.


20. Dokter hewan memastikan apa anjing itu sakit atau tidak melalui keadaan dan bau di dalam telinganya.


Selanjutnya

Senin, 24 Juli 2017

Memprediksi Waktu Kematian


Bagaimana cara tim forensik menentukan waktu kematian korban pembunuhan ataupun bunuh diri? Ada beberapa hal yang dapat dijadikan patokan oleh tim forensik.


Suhu Tubuh
Cara yang paling umum bagi seorang Ahli Forensik ketika datang ke TKP adalah mengukur suhu tubuh mayat korban, patut diketahui hal yang dapat diukur pada awal kematian adalah suhu tubuh (mayat) korban mulai menurun, Suhu tubuh manusia normal adalah 36 derajat C, suhu tubuh menurun 1 derajat per jam, namun sangat dipengaruhi oleh besar badan korban, tebal pakaian korban, dan udara disekitar korban. Dalam 12 jam kedepan suhu tubuh mayat sudah berkurang setengahnya. Namun apabila korban tenggelam di air suhu tubuh akan turun lebih cepat.
Kaku Mayat 
Kaku Mayat disebut juga Rigor Mortis dalam bahasa latinnya, hal ini terjadi karena efek kimia dalam tubuh dari asam menuju basa, biasanya sekira 2 jam setelah waktu kematian. Otot manusia yang lemas menjadi keras dan kenyal, proses kekakuan ini dimulai dari kelopak mata kemudian otot muka dan rahang, kemudian kebagian tangan dan terakhir kaki. Rigor Mortis merupakan proses yang berkelanjutan dan setelah 12 jam mayat berubah menjadi kaku seperti balok kayu. Mayat akan tetap dalam kondisi ini selama 12 sampai 48 jam sampai kimia tubuh berubah kembali menjadi asam dan tubuh kembali menjadi lemas. Kejang otot ternyata dapat juga terjadi pada kematian tiba – tiba, memang cirinya hampir sama dengan Rigor Mortis namun hanya bertahan beberapa jam. Sering terjadi pada saat kematian, korban memegang sesuatu, hal itu akan berlangsung beberapa jam. Apabila penyidik beruntung, pegangan erat korban terhadap tersangka pada saat menjelang kematian menyisakan rambut, kulit atau bahan pakaian tersangka, hal ini bisa dikembangkan di laboratorium forensik untuk mencari TSK nya.
Lebam Mayat
Lebam mayat atau bahasa latinnya disebut Livor Mortis, terjadi ketika jantung berhenti berdetak dan darah berhenti bersirkulasi, sel darah merah turun ke bawah pada bagian tubuh yang bersentuhan dengan tanah karena kekuatan gravitasi. Hal inilah yang menyebabkan lebam pada mayat sekira 2 jam setelah kematian, ini disebabkan karena tubuh tidak bergerak, terjadinya warna pada kulit karena sel darah merah pecah dan terpisah dan masuk ke dalam serat otot. lain halnya dengan kasus keracunan, korban yang mati karena gas karbon monoksida akan terlihat merah terang pada bagian bawah tubuh, sedangkan kalau teracuni cyanida akan terlihat warna pink.
Menentukan Waktu Kematian yang sudah lama terjadi
Pada kasus mayat yang ditemukan setelah beberapa waktu, kerusakan yang terjadi pada mayat akan menjadi indikator lamanya peristiwa kematian telah terjadi. Pada umumnya bakteri bekerja merusak darah menghasilkan noda berwarna hijau setelah 2 hari, setelah 2 hari noda hijau itu menyebar ke tangan, kaki, leher dan tubuh mulai membengkak dan setelah seminggu kulit sudah mulai melepuh. Pada cuaca panas atau tropis banyaknya serangga menentukan waktu rusaknya mayat, lalat hitam dan lalat hijau biasanya menaruh telur mereka pada daging yang masih segar, dan telur menetas antara 8 hingga 14 jam kemudian tergantung suhu disekitarnya. Belatung berkembang dalam 3 tahap, selalu berganti kulit hingga berkembang sempurna menjadi lalat setelah 10 sampai 12 hari. Setelah itu lalat meninggalkan mayat itu untuk melanjutkan perkembangbiakan ditempat lain. Lalat mempunyai siklus yang selalu sama sehingga para ahli Forensik bisa menduga waktu kematian walaupun mayat baru ditemukan setelah beberapa hari.

Minggu, 23 Juli 2017

Pria di Gunung

Kringgg...
"Hallo, dengan siapa ini?"
"Hallo Detektif Liman, saya Erick dari tim forensik. Kami sedang menyelidiki tentang kasus penemuan mayat di gunung."

Ahh... lagi-lagi penemuan mayat, kenapa aku harus bekerja di bidang seperti ini...
"Ya, lalu apa yang bisa saya bantu Erick?"
"Begini, kami meminta analisa anda sebagai detektif ahli..." Lalu Erick menceritakan kronologi penemuan mayat di gunung itu.

Mayat seorang pria ditemukan hari Sabtu, sekitar pukul 07.00 oleh pencari kayu bakar. Mayat ditemukan sekitar 10 meter dari jalan raya terdekat. Tim forensik datang sekitar 1 jam kemudian. Mayat pria mengenakan kaos hitam, celana jeans, sepatu, masker, dan sarung tangan.  Ditemukan juga luka tusukan benda tajam di bagian punggung, kemungkinan ditusuk sebanyak 4 kali. Saat ditemukan, mayat dalam kondisi kaku di sekujur tubuhnya. Juga ditemukan jejak darah dari arah jalan. Polisi belum bisa mengetahui identitas mayat karena tidak ditemukan dompet, handphone, atau alat pengenal.

"Menurutmu siapa identitas mayat ini? Dan kemungkinan kronologi kasus ini?"

Jumat, 21 Juli 2017

Teka-Teki Roti

   Selain kasus-kasus besar seperti pembunuhan, pencurian dan lainnya, admin juga punya kasus-kasus sederhana yang menarik nih...



   Suatu hari Jack, Dom, dan Sean dalam perjalanan ke luar kota. Dom yang penuh persiapan membawa 10 roti untuk bekal selama perjalanan. Sean yang menyiapkan untuk kebutuhannya sendiri membawa 6 roti sebagai bekal. Sementara Jack hanya membawa uang untuk bekalnya. Sial bagi Jack, sepanjang perjalanan tidak ada penjual makanan yang muncul. Akhirnya mereka bertiga memutusan untuk memakan roti yang dibawa bersama sama. Satu roti dimakan bersama oleh tiga orang. Satu persatu roti dimakan, sampai akhirnya sampai di kota yang dituju semua roti yang dibawa telah habis. Karena merasa berhutang, Jack memberikan uang $16. Jack sengaja tidak menyebutkan berapa untuk Dom dan berapa untuk Sean. Jack yang cerdik membiarkan kedua temannya membagi uang itu. Jack hanya berpesan "Bagilah uang ini dengan seadil-adilnya!" Karena pesan dari Jack, Dom dan Sean menjadi ragu, berapa uang yang seharusnya diterima oleh Dom dan Sean.

   Bisakah agan membagi uang itu dengan adil?
   Silahkan coret-coret di komentar

Rabu, 19 Juli 2017

Neve a Milano [Kau Bisa Melihatnya?]

Denah Rumah



Ruang Kerja

Neve a Milano [Part 2: Badai]

Badai salju membuat suasana rumah ini semakin dingin. Tangisan Rosa masih belum terhenti, kami hanya terpaku dalam diam. Walaupun aku seorang polisi, tapi di wilayah asing seperti ini, aku tidak boleh bertindak sembarangan. Freddo sudah melaporkan pada polisi setempat lewat telepon, tetapi mereka baru bisa datang setelah badai salju reda.
Akhirnya aku memberanikan diri untuk memulai investigasiku sendiri sebelum polisi setempat datang. Kulihat kondisi tubuh korban, luka bekas pukulan benda tumpul di bagian kepala korban, mungkin dipukul lebih dari satu kali. Darah menggenang di sekitar kepala korban. Selain itu tak ada bekas kekerasan lainnya. Korban memakai kemeja putih yang tampak kusut, celana hitam, dan tak tercium bau parfum apapun.
Kondisi ruangan korban, diatas meja kerja terdapat kertas-kertas yang berisi tulisan korban, mungkin novel terbarunya. Di sebelah kanannya ada pena yang digunakan untuk menulis. Suatu hal yang aneh adalah lapisan kaca dibawah kertas kertas itu pecah, apakah terjadi perkelahian? Entahlah. Selain di dekat tubuh korban, bercak darah ada di kertas, dan di dekat pemanas ruangan. Pemanas ruangan disetel maksimal, mungkin ini yang menyebabkan ruangan ini terasa panas, bukan lagi hangat walaupun ini musim dingin. Benda-benda yang ada di dalam ruangan tidak terlalu banyak, hanya meja kerja, meja kecil, mungkin digunakan untuk meletakan makanan dan ada juga lemari buku. Di atas meja kecil masih ada secangkir kopi yang masih utuh, dan piring yang sudah kosong. Sementara di ruangan sebelahnya hanya terdapat sofa dan meja yang biasa digunakan untuk pertemuan dengan tamu korban. Ruangan ini langsung terhubung dengan kamar pribadi korban. Pintu kamar tidak tertutup sempurna.
Setelah mendapat ijin dari Freddo, aku diperbolehkan untuk melihat kamar korban. Telepon pintar berada di atas kasur, dan kondisi kamar terlihat rapi. Kamar mandi korban yang berada di dalam kamar sama sekali tidak mencurigakan. Lemari pakaian masih rapi, bahkan handuk masih di tempatnya. Tapi aku merasa ada yang aneh dengan ini semua, dan aku tidak tahu apa itu.
Setelah berputar-putar mencari apapun yang bisa ku dapatkan, aku kembali lagi ke ruangan utama. Tak kutemukan alat yang digunakan untuk membunuh di sekitar rumah. Ku lihat mereka masih diam, sulit menggambarkan keadaan saat itu, badai semakin membuat suasana tak karuan.
“Mr.Martello bolehkah saya menanyakan beberapa hal kepada orang-orang yang berada disini?”
“Apa yang ingin anda tanyakan?”
“Tapi aku ingin melakukannya secara terpisah, apakah bisa?”
“Apa maksud anda? Apakah anda mencurigai diantara kami ada yang membunuh Mr.Rozelly?” Ahh... sial, dia terlihat marah karena pertanyaanku.
“Bukan begitu Mr.Martello, aku hanya ingin membantu polisi yang akan datang kesini nanti, mungkin dengan mendapatkan informasi dari orang-orang terdekat, kasus ini akan cepat terungkap.”
“Aku setuju dengan omonganmu Mr.Liman, pembunuh ayahku harus terungap!” Rosa yang sedari tadi menangis bangkit, ekspresi yang muncul adalah antara marah dan sedih, aku merasa kasihan padanya.
Interogasi dimulai, kami menggunakan kamar tamu untuk melakukannya.
Orang pertama, Pietro Bianco, 42 tahun, 195cm, 90kg, security.
“ Maaf membuat anda tidak nyaman Mr. Bianco.”
“Tidak apa-apa, lakukan dengan cepat! Aku tidak suka dengan hal-hal seperti ini.”
“Baiklah, sebelumnya saya ingin bertanya apa pekerjaan anda di rumah ini?”
“Security. Tapi saat ini aku juga jadi pelayan.”
“Apa yang biasanya anda lakukan sebagai security?”
“Mengecek halaman, menjaga gerbang, hanya itu.”
“Lalu maksud anda menjadi pelayan?”
“Karena pelayan yang ada disini masih cuti, jadi aku ikut menggantikan pekerjaannya.”
“Oh begitu. Lalu apa yang anda lakukan hari ini?”
“Seperti biasa, duduk di ruanganku di depan sana.”
“Baiklah, maksudku tadi pagi, dari jam 6 sampai jam 10 apa yang anda lakukan?”
“Sampai jam 7 aku di ruanganku, lalu aku membersihkan halaman belakang mungkin sampai jam 8 lebih karena ada pot bunga yang pecah, setelah itu aku mandi. Mungkin sekitar jam 9 aku sudah di ruanganku lagi.”
“Ya aku bisa mengkonfirmasi alibimu saat itu, saat aku sampai sini jam 9. Selanjutnya apa yang anda lakukan?”
“Setelah keluar dari ruang utama aku ke ruanganku sampai Mrs.Sima datang, aku mengantar dia dan kembali lagi, selanjutnya aku ke ruang utama karena ada badai.”
“Menurut anda, orang seperti apa Mr.Rozelly itu?”
“Dia orang baik, hanya saja dia punya skandal dengan dokter pribadinya yang lama.”
“Skandal? Maksudnya?”
“Ya, mereka sering pergi berdua bahkan ke luar negeri, awalnya terlihat wajar, tetapi kurasa mereka sudah melakukan banyak hal, kau tau kan hahaha...”
“Ya, ya... akan kucatat. Kapan terakhir kali anda melihat korban?”
“Pagi tadi sebelum aku ke halaman belakang, aku melihatnya di ruang kerja dari ruanganku, mungkin jam setengah 7.”
“Bagaimana proses anda menemukan korban? Bukankah tadi ruangannya terkunci?
“Ahh saat aku mencari dia, ruangan itu memang tertutup, tapi tidak terkunci. Jadi langsung saja bisa kubuka.”
“Lalu apakah korban memiliki musuh? Atau orang yang dendam kepadanya?”
“Hahaha... orang yang tidak menyukainya pasti banyak. Tapi yang berpikir untuk membunuhnya mungkin tidak ada di rumah ini.”
“Baiklah, sepertinya sudah lengkap. Boleh aku menanyakan beberapa hal tentang 3 orang lainnya?”
“Apa yang ingin kau tahu?”
“Tolong ceritakan apapun yang kau tahu tentang Rosa, Mr.Martello dan Mrs.Sima.”
Pietro menceritakan beberapa hal mengenai 3 orang lainnya. Rosa adalah anak tunggal Mr.Rozelly, ibunya meninggal saat dia masih kecil. Ayahnya sangat menyayangi Rosa, tetapi beberapa bulan yang lalu mereka bertengkar karena Mr.Rozelly tidak suka pada pacar Rosa. Selanjutnya Pietro menceritakan tentang Freddo, tampaknya mereka berdua memang ada masalah pribadi, menurutnya Freddo adalah penjilat. Mengenai Jene Sima, dia tidak tahu apapun karena baru bertemu.
Orang kedua, Freddo Martello, 36 tahun, 180cm, 70kg, kepala pelayan.
 “Maaf mengganggu anda Mr.Martello, saya hanya...”
“Langsung saja, apa yang ingin anda tahu dariku?” Dia tampak tidak suka.
“Baiklah, pertama saya ingin tahu pekerjaan anda di rumah ini.”
“Saya adalah kepala pelayan, seharusnya masih ada pelayan lain di rumah ini, tapi dia sedang cuti sampai minggu depan.”
“Apa yang anda lakukan sebagai kepala pelayan?”
“Seperti biasa, aku membuat daftar pekerjaan untuk pelayan lain.”
“Termasuk Pietro?”
“Ya, karena kami kekurangan pelayan untuk saat ini, aku dan Pietro juga bekerja ekstra, tadi pagi aku memasak dan dia membersihkan halaman belakang.”
“Anda yang memasak? Apa anda juga yang menyajikannya makanan di ruangan korban?”
“Ya, aku menyajikan roti dan cappucinno di ruang kerja tadi pagi jam 07.30.”
“Bisa ceritakan kegiatan anda pagi ini?”
“Jam 5 aku membersihkan ruangan di lantai 1, lalu aku membuat roti dan minuman untuk Mr.Rozelly, kuantar jam 07.30, selanjutnya aku membersihkan perpustakan di lantai 2, setelah selesai aku kembali ke kamarku dan selanjutnya aku bertemu anda.”
“Baik, saya catat semuanya. Menurut anda, korban itu orang seperti apa?”
“Dia orang yang baik, memberi saya pekerjaan ini disaat saya tidak punya apa-apa. Sampai sekarang aku tidak mengerti, kenapa ada orang yang membunuhnya.”
“Apakah anda pikir ada yang menyimpan dendam padanya?”
“Beberapa bulan yang lalu Rosa bertengkar dengan Mr.Rozelly, mungkin karena pacarnya, tapi tidak mungkin karena hal itu dia membunuh ayahnya sendiri. Oh iya, mungkin Pietro! Dia dulunya adalah penulis, karena gagal bersinar sebagai penulis lalu dia bekerja seperti sekarang. Kalau gosip itu benar, salah satu novel yang terkenal sebenarnya ditulis oleh Pietro.” Cukup mengejutkan.
“Lalu saya ingin bertanya tentang dokter pribadi korban.”
“Mrs.Sima? Aku tidak mengenalnya, dia baru saja akan kami wawancara sebagai dokter pribadi yang baru, bahkan aku mendapatkan kontaknya dari media sosial.”
“Lalu bagaimana dengan dokter yang lama?”
“Dia sudah berhenti sebulan yang lalu, ada masalah lalu berhenti.”
“Masalah?”
“Aku juga tidak tahu.”
“Ku kira cukup, terimakasih Mr.Martello.”
Sampai saat ini, ada banyak hal yang mengganggu pikiranku. Tapi tak ada yang bisa menjelaskan bagaimana korban bisa terbunuh, oleh siapa, dan apa motif yang sebenarnya.
Orang Ketiga, Jene Sima, 25 tahun, 165cm, 50kg, dokter.
“Selamat siang Mr.Liman, apa yang bisa kubantu?”
“Selamat siang Mrs.Sima, sedikit yang ingin saya tanyakan pada anda.”
“Baik, apa itu?”
“Mungkin saya butuh informasi mengenai identitas anda.”
“Oh, namaku Jene Sima, panggil saja Jene. Sepertinya kita dari tempat yang sama Mr.Liman. Aku bukan orang Italia, apa kau tidak menyadarinya?”
“Benarkah? Kukira hanya wajahmu yang terlihat tidak asing, ternyata memang kau juga berasal dari sana. Kau dokter baru disini?”
“Ya, aku baru saja dihubungi oleh kepala pelayan untuk datang kemari jam 10 untuk melakukan wawancara.”
“Apa sebelumnya kau mengenal orang-orang di rumah ini?”
“Tidak. Tak satupun.”
“Okee, mungkin sudah cukup denganmu.”
“Kau tidak ingin membahas tentang mayat korban?”
“Maksudmu?”
“Aku ini dokter, ka tahu kan?”
“Ah, baiklah. Apa yang ingin kau bicarakan tentang mayat korban?”
“Baiklah, menurutmu kapan korban terbunuh Mr.Liman?”
“Mungkin sekitar kurang dari satu jam sebelum kita temukan mayatnya, sekitar jam 9 sampai 09.30.”
“Kau yakin? Tapi aku menemukan kekakuan di tubuh korban.”
“Rigor Mortis?”
“Ya.”
Semakin aku memikirkan kasus ini, semakin membuatku tidak bisa menerimanya. Aku melihat korban sekitar jam 9, lalu dia mandi. Satu jam kemudian dia sudah meninggal, tapi tanda-tanda kekakuan pada mayat sudah muncul. Apa yang terjadi? Sial.
Orang Terakhir, Rosa deSpine, 18 tahun, 170cm, 55kg, anak korban.
“Maaf nona, aku ingin menanyakan beberapa hal.”
“Ya, aku juga ingin mengungkap kasus ini.”
“Yang pertama, apakah ayah anda memiliki musuh?”
“Semua orang yang ada di rumah ini adalah musuh ayahku!”
“Kenapa?”
“Pietro, dia menyimpan dendam karena novel ayahku.”
“Ya aku sudah mendengar cerita itu dari Mr.Martello.”
“Kau percaya pada Freddo? Dia lebih buruk.”
“Apa maksudmu nona?”
“Freddo pernah memiliki kekasih, tapi dia dicampakan karena ayahku.”
“Bagaimana dengan dokter pribadi yang lama?”
“Dokter? Dia hanya wanita penggoda, bahkan dia minta untuk menikah dengan ayahku. Kudengar dia dan ayahku bertengkar setelah mereka kembali dari liburan beberapa bulan yang lalu. Mungkin dia hamil.”
“Baiklah, cukup untuk itu. Selanjutnya, apa yang anda lakukan pagi ini?”
“Kau tahu lah, aku melakukan siaran online di BegoLive.”
“Jam berapa?
“Dari jam 7 sampai jam 09.30 mungkin, karena di ruang utama kalian sangat ribut, aku menghentikan siaranku.”
“Baiklah nona, sepertinya cukup.”
“Ya. Mr.Liman... Tolong ungkap kasus ini, walaupun aku tidak mengenalmu, tapi aku yakin kau orang yang bisa diandalkan.”
“Ya. Terimakasih nona.”
Semua yang terjadi sudah kucatat, bahkan denah rumah sudah kubuat. Tapi masih banyak hal yang belum tersusun dengan benar. Aku akan melihat TKP lagi.

Kulihat tubuh korban masih tetap di tempatnya, ceceran darah masih menyisakan teka-teki. Di meja kerja korban tak ada bukti baru yang bisa ku temukan, kulihat di meja lainnya, cappucinno yang masih utuh dan piring kosong. Di depan pemanas ruangan ada noda darah, dan... Apa ini? Tumpahan air? Selain noda darah juga bekas tumpahan air, atau jangan-jangan... Kulihat di piring, ternyata ada! Aku sudah mengerti semuanya.

Sebelumnya...                                                                                                             Selanjutnya...

Neve a Milano [Part 1: Pertemuan]


4 Januari
Musim dingin di kota Milan belum usai. Ini perjalanan pertamaku ke kota ini, atau mungkin yang terakhir. Dengan gajiku sebagai detektif polisi mana mungkin aku bisa berlibur ke luar negeri. Ya, mana mungkin bisa, kalau tidak ada kejadian itu ...

3 Bulan sebelumnya
Kringgg...
“Halo... Ada apa inspektur?”
“Datanglah ke kantor! sekarang!”
Tampaknya ada masalah besar, atau mungkin inspektur yang dalam masalah? Lebih baik aku meluncur saja sekarang.
Dalam 20 menit aku sudah berada di depan ruangan inspektur, walaupun aku harus meninggalkan sarapan kesukaanku.
Tok...tok...
“Ijin masuk pak!”
“Selamat datang detektif Liman, ini Mr.Rozelly, dia sedang butuh bantuan.”
“Amerigo Rozelly, mohon bantuannya.”
Sepintas pikiranku kosong, nama yang asing untukku, kenapa aku harus berurusan dengan orang asing ini? Mau bagaimana lagi, kalau sudah sampai kantor polisi, ini sudah menjadi tugasku.
“Liman... Ler Liman, apa yang dapat saya bantu ?”
Ternyata tangannya lebih besar dari dugaanku, sambil bersalaman kupikir tingginya sekitar 190 cm, mungkin beratnya 80 kg atau lebih. Dia orang kaya. Pakaian terlihat mahal, jam tangan berkelas melingkar di tangan kiri, cincin dengan batu mulia yang tidak kupahami jenisnya, tapi aku yakin gajiku tidak cukup untuk membelinya ada di jari manis tangan kanan.
 “Saya sedang berlibur di sini, tetapi saya dan mendapat ancaman!”
“Ancaman seperti apa tuan?”
Ternyata dia dan teman wanitanya merasa diikuti, kemanapun mereka pergi selalu ada yang mengawasi. Maka dari itu dia meminta bantuan polisi untuk memastikan keselamatannya. Walaupun terkesan seperti bodyguard, mau tak mau aku harus menerimanya, aku mengawasi dari kejauhan aktivitas mereka berdua selama satu minggu, melihat apakah ada penguntit yang datang di sekitar mereka.
 Tepat di hari mereka akan meninggalkan negara ini, muncul insiden yang tak terduga. Mereka dirampok oleh seorang supir taxi yang mereka tumpangi. Seperti merebut permen dari anak kecil, aku muncul dari penyamaranku dan menangkap si supir dengan mudah. Setelah diinterogasi, ternyata orang ini memang sudah mengincar Mr.Rozelly sejak awal.
Hari itu menjadi hari yang akan diingat oleh Mr.Rozelly dan teman wanitanya, begitu juga aku. Kupikir semua hal melelahkan ini selesai ketika mereka pergi, ternyata tidak. Sebelum mereka terbang meninggalkan negara ini, aku diberi sebuah amplop yang tersegel.
“Kupikir ini layak kuberikan untukmu Mr.Liman.”
“Terimakasih, tetapi jika ini uang, saya tidak akan menerimanya.”
“Ha ha ha... ini bukan uang, terima saja Mr.Liman, kuharap kau bisa memakainya”
Akhirnya kuterima amplop itu.
Segera setelah itu mereka menuju ruang tunggu pesawat, sambil berjalan Mr.Rozelly melambaikan tangannya padaku tanpa menoleh. Lagi-lagi aku melihat cincinnya yang mahal itu. Karena penasaran, saat itu juga ku buka amplop itu, dan inilah isinya, undangan berlibur ke rumahnya, Milan, Italia.
Semua itu terasa begitu cepat, seperti kemarin. Tak terasa aku sudah sampai di depan sebuah rumah. Setelah turun dari pesawat dan menumpang taxi, sepertinya ini memang alamatnya, kupikir demikian. Rumah yang terlihat mewah, dari luar terlihat pagar setinggi 2 meter atau lebih, tembok yang cukup artistik. Di tengahnya sebuah gerbang besi menjadi akses masuk utama dan pos security di baliknya.
Ku beranikan diri menanyakan alamat yang kutuju.
“Permisi, apa benar ini rumah Mr.Rozelly?”
“Anda siapa?” pria berkulit gelap muncul dibalik gerbang besi.
“Saya Ler Liman, Mr.Rozelly mengundang saya untuk datang kemari.”
“Silahkan masuk!” Walaupun terlihat garang, dia tampaknya orang baik. Setelah membukakan gerbang, ku ikuti orang ini ke arah bangunan mewah di depanku. Rumah berwarna abu-abu yang terlihat modern, dengan design yang tidak biasa tentunya. Di bagian kiri rumah ada ruangan yang menggunakan jendela kaca yang membuat isi ruangan itu terlihat dari luar. Kulihat samar-samar karena kaca ruangan tertutup embun ada seorang pria menggunakan sweater hitam duduk di dalam ruangan, mungkin sedang menulis. Dia melihatku, lalu meletakan pena dan melambaikan tangan kirinya padaku.
“Mr.Rozelly sudah menunggu anda.”
Tanpa menjawab perkataannya aku langsung membalas lambaian tangan Mr.Rozelly. Sesampainya di beranda, kulihat ada satu pintu di kanan dan kiri, juga pintu utama didepanku yang tepat menghadap gerbang di depan sana. Dari sini tak ada satupun jendela ataupun kaca, sehingga bagian dalam rumah sama sekali tak terlihat.
 “Mari saya antarkan ke ruangan Mr.Rozelly.”
Dia membuka pintu ruangan di sebelah kiri, aku hanya mengikuti sembari melihat detail bangunan yang tampak. Tidak banyak ukiran pada dinding, tapi penggunaan warna yang sesuai dapat membuat dindingnya enak dilihat.
Ternyata di dalam ruangan ini masih ada ruangan lainnya, pria gelap tadi mengetuk pintu didepannya.
Knock... Knock...
“Permisi Mr.Rozelly, tamu anda sudah sampai.”
Pria gelap itu masih berdiri didepan pintu sambil menunggu jawaban, sementara aku hanya diam menikmati udara hangat yang sudah lama tak kurasakan. Pagi ini adalah kali pertama aku merasakan udara musim dingin sepanjang hidupku.
“Sepertinya Mr.Rozelly tidak berada di ruangannya.”
Pria gelap tadi mencoba memutar knop pintu, namun hasilnya nihil, pintu terkunci. Aneh pikirku, baru saja tadi aku melambaikan tangan padanya beberapa menit yang lalu dari pintu gerbang.
 Bzzt... Bzzt...
“Oh... ini pesan dari Mr.Rozelly, katanya dia akan membersihkan badan dulu di kamarnya, dan akan menemui anda di ruang utama.”
Dia membaca pesan dari telepon pintarnya, dan menunjuk pintu di sebelah kananku.
“Oh, baiklah. Dimana ruang utamanya?”
“Mari saya antarkan.”
Kami kembali keluar dari ruangan itu dan menuju ruang utama. Menuju ruang utama harus melewati pintu utama yang berada di beranda. Aku tahu ruangan di balik pintu kedua dalam ruangan tadi adalah kamar pribadi Mr.Rozelly, karena kudengar sayup-sayup suara air dari dalam.
“Silahkan duduk, saya akan memanggil kepala pelayan untuk menemui anda.”
“Oh, iya terimakasih.”
Sebelum dia melangkah pergi, muncul seseorang dari rangan lainnya dengan wajah yang menunjukkan keterkejutan.
“Selamat datang Mr.Liman, saya Freddo Martello kepala pelayan di rumah ini.”
“Iya, saya Ler Liman, kenalan Mr.Rozelly.” Kami bersalaman, dia cukup ramah. Tapi ada satu hal yang menggangguku, parfumnya sangat menyengat.
“Mr.Rozelly sudah menceritakan tentang anda, anda adalah penyelamat hidupnya.”
“Ahahaha... Mr.Rozelly terlalu berlebihan menceritakannya.”
“Silahkan duduk Mr.Liman.” Dia mempersilahkanku untuk duduk sambil memberi isyarat pada pria gelap tadi untuk segera kembali ke ruangannya di depan sana, kasihan pria itu. Dia langsung pergi tanpa berkata apapun lagi, mungkin memang dia pendiam atau sekedar profesionalisme.
Setelah menyuguhkan minuman, Freddo duduk dan menemaniku sembari membicarakan perjalananku sampai bisa menemukan alamat ini. Kupikir dia orang yang ramah, dia juga menceritakan keseharian majikannya. Mr.Rozelly adalah seorang penulis novel terkenal di Italia. Kulihat sekeliling ruangan, ternyata benda yang kucari tidak ada, lalu aku mengambil telepon pintarku.
“Sekarang pukul 09.40 Mr.Liman.” Dia mengangkat tangan kanannya dan melihat jam.
“Ah... terimakasih Mr.Martello.”
Aku terkejut melihat senyum di wajahnya, ternyata dia tahu apa yang sedang kucari. Sudah lebih dari 30 menit aku menunggu di ruangan ini, mungkin memang Mr.Rozelly butuh waktu lama untuk membersihkan tubuhnya.
Ceklek...
“Silahkan masuk.” Pria gelap itu lagi, dia bersama seseorang.
“Terimakasih Mr.Bianco.”
Seorang wanita cantik 25 tahunan dengan rambut hitam diikat ekor kuda, berwajah asia seperti seleraku tentunya.
“Permisi, saya Jene Sima, apakah anda Mr.Rozelly?”
“Silahkan duduk Mrs.Sima, saya Freddo Martello kepala pelayan di rumah ini, Mr.Rozelly sebentar lagi akan kemari, mohon tunggu sebentar. Perkenalkan ini Mr.Liman.”
“Ler Liman.” Aku berdiri dan memperkenalkan diriku.
“Jene Sima.” Dia menyambut tanganku dengan hangat.
Sekarang kami bertiga duduk di ruangan utama, hanya Freddo yang berbicara banyak, mungkin memang ini salah satu keahlian yang diperlukan sebagai kepala pelayan. Sementara aku dan Jene hanya menanggapi seperlunya, jujur saja aku masih lelah. Mungkin sudah 15 menit berlalu sejak Jene datang, dan Freddo tampak mulai gelisah karena Mr.Rozelly tak kunjung muncul.
Ceklek...
“Kabar buruk Freddo, badai salju sebentar lagi akan sampai wilayah ini.”
“Benarkah Pietro?”
“Aku baru saja melihat di siaran TV, cepat tutup semua pintu dan jendela.”
“Ada apa ribut-ribut? Freddo? Pietro?”Muncul gadis cantik dari ruang dalam, kurasa dia bagian dari keluarga ini.
“Nona Rosa, sebentar lagi badai akan datang, saya dan Pietro akan menutup semua jendela dan pintu.”
“Oh begitu, lalu siapa mereka?”
“Saya Ler Liman.”
“Saya Jene Sima.” Secara refleks, kami berdua berdiri dan memperkenalkan diri pada gadis itu.
“Mr.Liman adalah tamu ayah anda, dan Mrs.Sima akan menjadi dokter keluarga yang baru.” Freddo dengan sigap memperkenalkan aku dan Mrs.Sima
“Ohh begitu, perkenalkan saya Rosa deSpine, putri Mr.Rozelly. Freddo, dimana ayah?”
“Beliau masih di kamarnya kurasa. Akan saya panggilkan, nona.”
“Tidak perlu, biar aku saja yang memanggilnya.” Seketika Rosa mengetuk pintu kamar ayahnya.
“Ayah... berapa lama kau akan di dalam sana?” Masih tidak ada jawaban, knop pintu diputar tetapi tidak terbuka. Hening selama beberapa detik, firasat buruk...
“Kenapa tidak kita cari di ruang kerja?” Akhirnya aku memecah keheningan
“Baiklah, akan ku lihat di ruangannya.”
Pietro, bergegas keluar ruangan. Tampaknya ada yang tidak beres dengan Mr.Rozelly, apakah dia baik-baik saja...
“Toloong... Toloong...!!!” Serentak kami yang berada di dalam ruang utama berlari keluar mencari arah suara minta tolong.
“Ada apa Pietro?”

Pertanyaan Freddo terjawab dengan pemandangan mengerikan di hadapan kami, Mr.Rozelly tersungkur di lantai dengan posisi tertelungkup dan bersimbah darah. Sial, padahal satu jam yang lalu aku masih melihatnya melambaikan tangan padaku.

                                                                                                                                 Selanjutnya...

Pengetahuan Seputar Investigasi #2

21. Safety pada pistol jenis tokalev akan terpasang bila pemicu di tekan perlahan lalu berhenti di tengah tengah. 22. Bila seseorg tidak...